Sejarah dan Gambar Mata Uang Rupiah Dari Zaman Doeloe Sampai Sekarang
R
upiah” berasal dari Bahasa Sansekerta, dari kata “Rupyah
yang berarti /perak tempaan/. Sebelumnya, pada masa penjajahan Belanda, di Nusantara
ini menggunakan sistem mata uang gulden Belanda pada tahun 1610-1817. Hingga kemudian
diperkenalkanlah Gulden Hindia-Belanda. Nama
Rupiah pertama kali digunakan
secara resmi ketika dikeluarkan pada era pendudukan Jepang, Dai Nippon, pada
Perang Dunia II. Nah, setelah Perang Dunia II itu selesai, Bank Jawa (red—
Javasche Bank), cikal-bakal Bank Indonesia, mengeluarkan mata uang Rupiah. Sementara itu,
tentara Sekutu mengeluarkan mata uang Gulden Nica. Jadi, ada dua sistem mata
uang yang dipakai pada masa itu.
Masa Kerajaan Mataram Kuno
Diawali oleh zaman kerajaan Hindu di Indonesia Mata-uang Indonesia
dicetak pertama kali sekitar tahun 850/860 Masehi yaitu pada masa
kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin
tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak, mempunyai berat
yang sama, dan mempunyai beberapa nominal seperti Masa (Ma) dengan berat
2.40 gram atau sama dengan 2 Atak atau 4 Kupang
Sedangkan koin kedua berbahan dasar perak Masa mempunyai diameter antara
9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari
Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga
Cendana”.
Kerajaan
Mataram Kuno mengalami kejayaan pada masa 850 M. Di wilayah ini, alat tukarnya
menggunakan koin emas dan perak yang berbentuk kotak. Nominalnya pun
berbeda-beda.
Masa Kerajaan Jenggala
Kerajaan Jenggala adalah kerajaan berkuasa yang terletak di
timur Pulau Jawa. Pada masa kejayaannya (1042-1130), kerajaan ini menggunakan
koin emas dan perak dalam perdagangan. Kerajaan ini juga menggunakan uang
kepeng dari Cina sebagai alat pembayaran resmi. Ini menunjukkan bahwa kerajaan
di Nusantara memiliki pengaruh hubungan dagang dengan bangsa Cina.
Pada zaman Jenggala dan Majapahit uang-uang emas dan perak tetap dicetak dengan berat standa
Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi bundar,
sedangkan koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung dengan
disebut uang Gobog. Uang Gobog pada zaman kerajaan Majapahit terbuat dari tembaga dengan
ukuran diameter 29-86 mm, berat 16-21,3 gram dan tebal 22-6 mm. Biasanya
pada bagian depan terlihat relief wayang, senjata berbentuk cakra,
sesaji dan pohon beringin.Uang ini beredar pada abad ke 14 hingga abad 16 Masehi oleh masyarakat Jawa.
.
Zaman Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini mempunyai mata uang yang dinamakan Dirham.
Uang Dirham di Samudra Pasai dikeluarkan oleh Sultan Malik Al Zahir
tahun 1297 hingga 1326 dan didominasi oleh tulisan arab dengan nama
Malik al Zahir dan Sultan al Adul di sisi yang lain.
Kasha di Kesultanan Banten
mata uang Kasha adalah mata uang yang dipakai Kesultanan Banten pada
era itu. Koin ini berbahan dasar emas. Dengan lubang bersisi enam, mata uang
yang dipakai di kerajaan ini menunjukkan adanya pengaruh Cina pada desain dan
pengaruh Arab pada ukiran.
Mata Uang Nusantara pada Masa Penjajahan
Uang Belanda
Penggunaan mata
uang pada masa penjajahan tidak terlepas dari pengaruh Belanda sebagai negara
penjajah Nusantara. Peran pemerintahan kolonial itu pun tidak terlepas dari
yang namanya sebuah organisasi besar yang bergerak di bidang perdagangan, yaitu
Vereenigde Oostindische Compagnie atau dikenal sebagai VOC. Pada masa itu, VOC secara
tidak langsung menyebarluaskan penggunaan mata uang Gulden Hindia-Belanda, selain gulden Hindia-Belanda, wilayah Sumatra dan Jawa memakai dolar Sumatra dan
rupiah Jawa
Masuk ke tahun 1595 untuk pertama kalinya kapal-kapal Belanda menginjak
daratan Indonesia. Ekspedisi ini dikepalai oleh dua bersaudara, Cornelis
dan Frederick de Houtman, dan mendarat di pelabuhan Banten. Mereka
membawa koin-koin perak untuk dipakai membeli rempah-rempah, baik yang
dinamakan Real Batu ataupun Real Bundar.
Kemudian mereka juga mencetak mata uangnya sendiri guna dipakai sebagai
alat pembayaran, dengan tahun 1601/1602. Sampai akhirnya, pada bulan
Maret 1602 didirikan sebuah perusahaan dagang baru yang dinamakan VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie).
Selain koin, VOC juga menerbitkan uang kertas dengan jumlah terbatas.
Salah satu yang diedarkan adalah uang kertas Rjksdaalder di Ternate
dengan tulisan di bagian depan berisi teks singkat dalam bahasa Belanda
dan Arab.
Pada tahun 1748, VOC memperkenalkan uang kertas dalam bentuk surat
berharga. Nilai nominalnya bervariasi antara 1-10000 Rijksdaalder. Sejak
tahun 1783, VOC mengedarkan uang kertas dengan jaminan perak 100%.
Pada tahun 1799 VOC akhirnya dinyatakan bangkrut. Semua harta dan
kekuasaannya diambil alih oleh pemerintahan Belanda, yang dimulailah
babak baru masa penjajahan Belanda yang sesungguhnya.
Uang De Javasche Bank
Zaman berganti menjadi penguasaan Belanda sepenuhnya. De Javasche Bank
adalah instansi yang berperan aktif dalam hal moneter di Hindia Belanda
setelah kejatuhan VOC. Mereka mulai ambil bagian pada tahun 1828 dengan
mengedarkan satu seri biljet Javasche Bank yang masih berupa uang
"sebelah", tapi sudah semakin maju, dan setiap mata uang yang
dikeluarkan sudah memiliki nomer seri dengan tulisan tangan.
Lalu pada tahun 1832 dikeluarkan seri Tembaga, di mana uang kertas ini
mirip dengan kwitansi yang kita kenal sekarang. Pada tahun 1846
diedarkan uang seri "Recipes", kemudian tahun 1851 diedarkan uang seri
"biljet Javasche Bank".
De Javasche Bank (DJB) tetap mengeluarkan uang kertas dengan pecahan 5
Gulden ke atas. Untuk uang kertas yang dicetak DJB di antaranya seri J.P
Coen, seri Bingkai dan seri Mercurius.
Uang Jepang
Semuanya dicetak dengan tahun Jepang 2603 dan 2604 (1943 dan 1944
Masehi), yang dituangkan dalam Undang-Undang Pemerintahan Militer Jepang
No. 2 tertanggal 8 Maret 2602 (1942).
Koin pecahan 1 dan 5 Sen terbuat dari Aluminium, sedangkan koin nominal
10 Sen terbuat dari timah. Pada koin-koin nominal 5 dan 10 Sen, dibagian
muka terdapat gambar Wayang, sedangkan nominal 1 Sen terdapat gambar
kepala wayang. Di bagian belakangnya terdapat tulisan Jepang, JAVA,
Nominal (Sen), dan tahun Jepang 2603/04.
Uang ORI
Desakan untuk mempunyai dan mencetak mata uang sendiri akhirnya muncul.
Pemerintah menerbitkan ORI atau Oeang Repoeblik Indonesia yang mulai
diedarkan bulan Oktober tahun 1946. Situasi perang membuat peredaran
uang ORI tersendat. ORI tetap diedarkan secara gerilya dan terbukti
mampu meeningkatkan rasa solidaritas serta nasionalisme rakyat
Indonesia.
penggunaan mata uang ORI secara sah dimulai
pada tanggal 30 Oktober 1946. Nah, pada masa awal ‘penciptaan’ ORI inilah
bentuk fisiknya masih sangat sederhana, dengan kualitas yang masih kurang pada
sistem pengaman serat halus. Pada peredarannya, ORI terbagi atas 5 (lima)
penerbitan.
1. ORI I (Tahun 1945)
Pada masa ini, ORI resmi diedarkan pada
tanggal 30 Oktober 1946. Pecahannya mulai dari 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah,
1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah.
2. ORI II (Tahun 1947)
Pada era ini, ORI II hanya memiliki empat
pecahan mata uang, yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah, dan 100 rupiah. Pecahan
25 rupiah berbeda dengan tiga nominal lainnya. Untuk edisi ini, seluruh mata
uang bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947 dan ditandatangani Mr Sjafruddin Prawiranegara.
3. ORI III (Tahun 1947)
Pada seri ini, ORI III terdiri dari tujuh
jenis pecahan, yaitu dari ½ rupiah hingga 250 rupiah. Di era ini ada pecahan
langka yaitu seri 100 rupiah Maramis. Pecahan ini hanya bisa dikalahkan oleh
pecahan 600 rupiah di seri ORI IV.
4. ORI IV (Tahun 1948)
Seri ini memiliki nominal pecahan-pecahan yang
sangat ganjil, yaitu 40 rupiah, 75 rupiah, 100 rupiah Hatta, 400 rupiah, dan
salah satu karya terbaik dan terlangka, sekaligus termahal, nominal 600 rupiah
(unissued).
Uang Orde Baru
Pada zaman Presiden Soeharto uang pertama yang dikeluarkan adalah uang
kertas seri "Sudirman" dengan pecahan 1, 2½, 5, 10, 25, 50, 100, 500,
1.000, 5.000, dan 10.000 rupiah, yang ditandatangi oleh Gubernur BI
Radius Prawiro dan Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo, beremisi tahun
1968 dan mulai diedarkan pada tanggal 8 Januari 1968.
Pada tanggal 23 Agustus 1971, Pemerintah/kabinet Pembangunan I
mendevaluasi rupiah sebesar 10%, hingga nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS yang semula 1 dolar sama dengan 378, kini menjadi 415 rupiah.
Setelah itu pada tahun 1975, BI mengeluarkan uang kertas pecahan 1.000
rupiah bergambar Pangeran Diponegoro, 5.000 rupiah bergambar Nelayan,
dan pecahan 10.000 rupiah bergambar relief Candi Borobudur.
Masing-masing ditandatangai oleh Gubernur BI Rachmat Saleh dan Direktur
BI Soeksmono B Martokoesoemo.
ejalan dengan perkembangan pembangunan
Indonesia yang semakin pesat di era tahun 1990, membuat kita memerlukan
pecahan uang yang lebih besar. Akhirnya, Bank Indonesia pada tahun 1992
menerbitkan seri uang baru beremisi tahun 1992 dan terdiri dari pecahan
100 rupiah bergambar perahu Phinisi, pecahan 500 rupiah bergambar Orang
Utan, 1.000 rupiah bergambar Danau Toba, pecahan 5.000 rupiah bergambar
alat musik Sasando dan tenunan Rote, pecahan 10.000 rupiah bergambar
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan pecahan 20.000 rupiah bergambar
Cendrawasih merah.
Pada tahun 1993 dikeluarkan lagi pecahan 50.000 rupiah yang bergambar
Presiden Suharto. Dikeluarkan juga penerbitan khusus dengan pecahan dan
gambar yang sama tetapi terbuat dari bahan palstik polymer dengan
pengaman berupa "holografis" Soeharto, bukan tanda air/watermark,
seperti yang biasa digunakan.
Gambar Uang Rupiah kita selalu berubah-ubah dan juga Mata
Uangnya
Berikut beberapa gambar mata uang yang dipakai zaman doeloe sampai sekarang :
|
1 Sen - 1964 |
|
1 Sen |
|
10 Sen |
|
50 Sen |
|
Rp 1 |
|
Rp 1 - 1956 |
|
Rp 1 - 1961 |
|
Rp 1 Koin |
|
Rp ½ |
|
Rp 2 ½ - 1936 |
|
Rp 2 ½ - 1951 |
|
Rp 5 - 1947 |
|
Rp 5 - 1952 |
|
Rp 5 dan Rp 10 |
|
Rp 10 |
|
Rp 10 - 1945 |
|
Rp 25 - 1947 |
|
Rp 50 - 1960 |
|
Rp. 75 |
|
Rp 100 - 1977 |
|
Rp 100 - 1984 |
|
Rp 100 - 1992 |
|
Rp. 400 |
|
Rp 500 -1952 |
|
Rp 500 - 1982 |
|
Rp 500 - 1982 |
|
Rp. 500 - 1988 |
|
Rp. 500 - 1992 |
|
Rp. 600 - 1948 |
|
Rp 1.000 - 1952 |
|
Rp 1.000 - 1960 dan Rp 1 - 1968 |
|
Rp 1.000 - 1980 |
|
Rp 1.000 - 1987 |
|
Rp. 1.000 - 1992 |
|
Rp 5.000 - 1980 |
|
Rp. 5.000 - 1992 |
|
Rp 5.000 - 1986 |
|
Rp 10.000 - 1985 |
|
Rp 10.000 koin - 1990 |
|
Rp 10.000 - 1992 |
|
Rp 10.000 - 1998 |
|
Rp 20.000 - 1992 |
|
Rp 20.000 - 1995 |
|
Rp 20.000 - 1998 |
|
Rp 50.000 - 1993 |
|
Rp 50.000 - 1993 |
|
Rp 50.000 - 1995 |
|
Rp.50.000 - 1995 |
|
Rp 100.000 koin - 1974 |
|
Rp 100.000 - 1999 |
|
Rp. 2.000 - 2009 |
|
Rp.5.000 - 2009 |
|
Rp.10.000 - 2009 |
|
Rp. 10.000 - 2010 |
|
Rp. 50.000 - 2005 |
|
|
Rp. 100.000 - 2004 |
|